1.Hakikat dan ruang lingkup ilmu sosial budaya dasar
Ilmu sosial dasar (ISD) membicarakan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan ini dapat diwujudkan kenyataan sosial dan kenyataan sosial inilah yang menjadi titik perhatiannya. Dengan demikian ilmu sosial dasar memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran kita dalam menghadapi lingkungan sosial. Sedangkan budaya dasar sendiri adalah pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
2. Masyarakat Madani
Saat ini gejala itu sudah ada, sehingga kebutuhan membuat wacana ini lebih terbuka menjadi sangat penting dalam kerangka pendidikan politik bagi masyarakat luas.
Masyarakat madani diprediski sebagai masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan agama. Demikian pula, bangsa Indonesia pada era reformasi ini diarahkan untuk menuju masyarakat madani, untuk itu kehidupan manusia Indonesia akan mengalami perubahan yang fundamental yang tentu akan berbeda dengan kehidupan masayakat pada era orde baru. Kenapa, karena dalam masyarakat madani yang dicita-citakan, dikatakan akan memungkinkan "terwujudnya kemandirian masyarakat, terwujudnya nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat, terutama keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan [pluraliseme]" , serta taqwa, jujur, dan taat hokum [Bandingkan dengan Masykuri Abdillah, 1999:4].
Konsep masyarakat madani merupakan tuntutan baru yang memerlukan berbagai torobosan di dalam berpikir, penyusunan konsep, serta tindakan-tindakan. Dengan kata lain, dalam menghadapi perubahan masyarakat dan zaman, “diperlukan suatu paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, demikian kata filsuf Kuhn. Karena menurut Kuhn, apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan".
Terobosan pemikiran kembali konsep dasar pembaharuan pendidikan Islam menuju masyarakat madani sangat diperlukan, karena "pendidikan sarana terbaik yang didisain untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan disetiap cabang pengetahuan manusia [Conference Book, London, 1978:16-17]. Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka masalah yang perlu dicermati dalam pembahasan ini adalah bagaimanakah pendidikan Islam didisain menuju masyarakat madani Indonesia.
Istilah masyarakat Madani sebenarnya telah lama hadir di bumi, walaupun dalam wacana akademi di Indonesia belakangan mulai tersosialisasi. "Dalam bahasa Inggris ia lebih dikenal dengan sebutan Civil Society". Sebab, "masyarakat Madani", sebagai terjemahan kata civil society atau al-muftama' al-madani. ....Istilah civil society pertama kali dikemukakan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan istilah societies civilis, namun istilah ini mengalami perkembangan pengertian. Kalau Cicero memahaminya identik dengan negara, maka kini dipahami sebagai kemandirian aktivitas warga masyarakat madani sebagai "area tempat berbagai gerakan sosial" [seperti himpunan ketetanggaan, kelompok wanita, kelompok keagamaan, dan kelompk intelektual] serta organisasi sipil dari semua kelas [seperti ahli hukum, wartawan, serikat buruh dan usahawan] berusaha menyatakan diri mereka dalam suatu himpunan, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri mereka sendiri dan memajukkan pelbagai kepentingan mereka. Secara ideal masyarakat madani ini tidak hanya sekedar terwujudnya kemandirian masyarakat berhadapan dengan negara, melainkan juga terwujudnya nilai-
nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat, terutama keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan [pluralisme]
3. Homo Humanus
Manusia sebagai HOMO SAPIENS :
Homo SAPIENS adalah
mahluk yang berpikir sehingga merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana.
Dengan daya pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang sebaiknya dilakukan
pada masa sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan pertimbangan masa lalu yang merupakan
pengalaman. Pemikiran yang sifatnya abstrak merupakan salah satu wujud budaya
manusia yang kemudian diikuti wujud budaya lain, berupa tindakan atau perilaku,
ataupun kemampuan mengerjakan suatu tindakan.
Manusia sebagai HOMO FABER:
Homo Faber : artinya manusia dapat membuat alat-alat dan
mempergunakannya atau disebut sebagai manusia kerja dengan salah satu tindakan
atau wujud budayanya berupa barang buatan manusia (artifact). Manusia
menciptakan alat-alat karena menyadari kemampuan inderanya terbatas, sehingga
diupayakan membuat peralatan sebagai sarana pembantu untuk mencapai tujuan. Misalnya,
karena indera matanya tidak mampu melihat angkasa luar atau mahluk kecil-kecil
maka diciptakan teropong bintang dan mikroskop, karena terbatasnya kekuatan
fisik maka diciptakannya roda sebagai sarana utama keretauntuk mengangkut
barang-barang berat.
Manusia sebagai HOMO LANGUENS:
Homo Languens: adalah manusia dapat berbicara sehingga apa yang
menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada manusia
lain. Bahasa sebagai ekspresi dalam tingkat biasa adalah bahasa lisan. Antara
suku bangsa dengan suku bangsa lain terdapat perbedaan bahasa. Di tingkat
bangsa, perbedaan bahasa tersebut akan semakin jauh. Perbedaan lebih tinggi
diwujudkan dalam tulisan sehingga sebuah pemikiran dapat diterima oleh bangsa
atau generasi bangsa lain (bila tahu mengartikannya).
Manusia sebagiai HOMO SOCIUS:
Manusia sebagai HOMO SOCIUS artinya manusia dapat hidup
bermasyarakat, bukan bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum
rimba, yaitu yang kuat yang berkuasa. Manusia bermasyarakat diatur dengan tata
tertib demi kepentingan bersama. Dalam masyarakat manusia terjadi tindakan
tolong-menolong. Dengan tindakan itu, walaupun fisiknya relatif lemah, tetapi
dengan kemampuan nalar yang panjang tujuan-tujuan bermasyarakat dapat dicapai.
Manusia sebahai
HOMO ECCONOMICUS
Artinya manusia
dapat mangadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi (homo economicus). Salah
satu prinsip dalam hukum ekonomi adalah, bahwa semua kegiatan harus atas dasar
untung-rugi, untung apabila input lebih besar daripada output, rugi sebaliknya.
Dalam tingkat sederhana manusia mencukupi kebutuhannya sendiri, kemudian atas
dasar jasa maka dikembangkan sistem pasar sehingga hasil produksinya dijual di
pasaran. Makin luas pemasaran barang makin banyak diperoleh keuntungan. Salah
satu usaha meningkatkan produktivitas kerja dapat dijalankan dengan
mempergunakan teknologi modern sehingga dapat ditingkatkan produktivitas kerja
manusia.
Manusia sebagai
HOMO RELIGIUS
Artinya manusia
menyadari adanya kekauatan ghaib yang memiliki kemampuan lebih hebat daripada
kemampuan manusia, sehingga menjadikan manusia berkepercayaan atau beragama. Dalam
tahap awal lahir animisme, dinamisme, dan totenisme yang sekarang dikategorikan
sebagai kepercayaan, kadang-kadang dikatakan sebagai agama alami. Kemusian
lahirlah kepercayaan yang disebut sebagai agama samawi yang percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, percaya kepada nabiNya, dan kitab suciNya yang
dipergunakan sebagai pedoman.
Manusia sebagai
HOMO HUMANUS dan HOMO AESTETICUS:
Artinya manusia
berbudaya, sedangkan homo aesteticus artinya manusia yang tahu akan keindahan.
Dari perbedaan-perbedaan yang sedemikian banyak makin nyata bahwa manusia
memang memilki sifat-sifat yang unik yang jauh berbeda dari pada hewan apalagi
tumbuhan. Sehingga manusia tidak dapat disamakan dengan binatang atau tumbuhan
Dalam manusia
curiosity (rasa ingin tahu) tidak idle, karena pikiran manusia berkembang dari
waktu kewaktu rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu bertambah sehingga
terjadi timbunan pengetahuan . Jadi pengetahuannya tidak idle, sedemikian rupa
terjadilah perkembangan akal manusia sehingga justru daya pikirnya lebih
berperan dari pada fisiknya. Dengan akal tersebut manusia memenuhi tujuan
hidupnya disamping untuk melestarikan hidup untuk memenuhi kepuasan hidup serta
juga untuk mencapai cita-cita.
Manusia selalu
ingin tahu dalam hal apa sesungguhnya yang ada (know what), bagaimana sesuatu
terjadi (know how), dan mengapa demikian (know why) terhadap segala hal. Orang
tidak puas apabila yang ingin diketahui tidak terjawab. Keingintahuan manusia
tidak terbatas pada keadaan diri manusia sendiri atau keadaan sekelilingnya,
tetapi terhadap semua hal yang ada di alam fana ini bahkan terhadap hal-hal
yang ghaib.